Assalamualaikum, Deks,
Selamat datang, selamat bergabung dengan pembelajaran Geografi Fase E alias Kelas X (sepuluh). Semoga ikhtiar kita untuk selalu belajar diridhoi oleh Allah SWT: dimudahkan, dilancarkan, dikuatkan, dan pada akhirnya berujung pada manfaat dan maslahat, baik bagi diri kita sendiri, keluarga, maupun lingkungan sekitar kita.
Perkenalkan, saya Oka Sumarlin, biasa dipanggil Mang Oka, diberikan tugas untuk menemani Adeks dalam belajar Geografi. Belajar tentang bumi dan sangkut-paut kehidupan yang berlangsung di atasnya. Oh, iya. Kita akan belajar dibawah panduan kurikulum baru: Kurikulum Merdeka Belajar yang oleh sekolah kita diadptasi dan dimodifikasi menjadi Kurikulum Tropikal SMAN 1 Sagaranten.
Banyak yang akan kita pelajari bersama selama satu tahun ke depan. Dan kita akan memulainya dari sini, dari kampung halaman kita sendiri, dari Sukabumi Selatan yang karakter kebumiannya sulit ditandingi.
Sukabumi Selatan adalah wilayah yang unik. Orang-orang menyebutnya Pakidulan atau Pajampangan. Rangkaian pegunungan dan perbukitannya terbentuk akibat pertemuan dua lempeng besar: Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Indoaustralia.
Lempeng Samudra Indoaustralia menyelusup ke bawah Lempeng Benua Eurasia, dan perlahan-lahan mengangkatnya. Peristiwa alamiah itu telah berlangsung selama jutaan tahun, dan menerus hingga saat ini. Jika Adeks menemukan jejak binatang laut di puncak gunung, jangan heran. Karena dasar laut zaman baheula memang telah terangkat menjadi daratan tempat tinggal kita sekarang.
Kita memiliki pantai-pantai yang keren. Adeks tentu mengenal Pantai Palabuanratu, Ujung Genteng, Ciletuh, Pangumbahan, dan Keusik Urug. Dari sana kita bisa melihat betapa dahsyatnya deburan ombak Samudra Hindia alias Pantai Selatan alias Laut Kidul yang jelas berbeda dengan karakter Pantai Utara Jawa (Pantura) yang tenang. Betapa nelayan-nelayan kita adalah para pemberani.
Sungai Ci Kaso yang mengalir dari daerah antara Lengkong dan Jampangtengah, dan Sungai Ci Buni yang bermula dari selatan Bandung, bermuara secara berdekatan di Tegalbuleud. Kedua sungai itu berperan sangat penting bagi kehidupan di Pajampangan. Di kedua sungai ini, Adeks juga dapat melihat para pemberani: mereka yang menyebrang dengan rakit atau perahu kecil tanpa menggunakan alat keselamatan, para penyelam yang menangkap ikan dengan kedua tangan, atau emak-emak pendulang emas yang hampir seharian duduk setengah terendam di bagian sungai yang dangkal.
Jalan di Sukabumi Selatan kadang-kadang edan. Banyak yang sangat menanjak, pungkal-pengkol seperti hurup S hingga ke puncak-puncak bukit. Licin karena tak diaspal atau dilapisi bebatuan. Tapi masyarakatnya jauh lebih edan. Dibikinlah engkreg, motor segala medan yang bisa mengangkut kayu gelondongan bahkan mengangkut motor teman yang mogok di tengah jalan.
Gua-gua kapur yang menawarkan keindahan dan sumber air bawah tanah di Pakidulan belum diketahui berapa jumlahnya. Banyak sekali. Ada kompleks gua di Buniayu, Nyalindung, di Cidolog, di Cimanggu, dan di Jampangkulon. Beberapa di antaranya telah dibuka sebagai gua wisata, yang lainnya masih berupa gua belantara.
Mari kita kenali dan cintai sisa hutan kita. Hutan hujan yang memang merupakan ciri khas vegetasi di iklim tropika. Hutan hujan inilah yang dikenal sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropis di Indonesia telah jauh berkurang dari luasan awalnya. Maka jangan sampai hutan hujan tropis di Sukabumi Selatan punah tak tersisa. Mari kita berusaha dengan cara-cara yang mungkin bagi kita.
Hutan hujan tropis adalah potensi yang luar biasa. Orang-orang menyebutnya sebagai masa depan dunia: merupakan tempat yang paling kaya akan keragaman hayati, menjadi pengendali siklus air (siklus hidrologi), sumber bahan makanan dan obat-obatan, dan penghasil bahan mentah seperti kayu, karet, dan rotan.
Urang Pajampangan sebagian besar hidup dari hasil pertanian. Setiap hari hasil bumi dari keringat mereka di bawa ke kota. Mereka menghasilkan produk-produk yang baik, namun belum dihargai dengan stabilitas harga yang juga baik. Seringkali mereka rugi meskipun hasil panennya melimpah jumlahnya.
Deks, begitulah kilas Sukabumi Selatan, kampung halaman kita. Kita akan mengenalnya lebih dalam lewat pembelajaran yang akan kita laksanakan. Kesimpulannya, pembelajaran Geografi Fase E (Kelas X) akan terfokus pada sebuah tema besar: berlatih membuat deskripsi tentang keragaman bumi dan kehidupan masyarakat di Sukabumi Selatan.
Dalam prosesnya, Adeks akan butuh amunisi berupa pengetahuan tentang Iilmu Geografi, Penelitian Geografi, Peta dan Sistem Informasi Geografi, serta dasar-dasar pengetahuan tentang Geosfer. Mang Oka akan menunjukkan garis-garis besarnya, Adeks sendirilah yang harus menemukan yang selebihnya.
Banyak jalan-jalan, banyak baca-baca, dan belajarlah memotret dengan sebaik-baiknya. Itu akan sangat berguna. Jangan pernah mengatakan “aku mah engak bisa”. Tenang saja, berusaha semampunya. In Sha Allah, modul ini akan memandu perjalanan kita.
Wassalamualikum,
Sagaranten, Juli 2022
Mang Oka